Minggu, 27 Januari 2013

KEBEBASAN


"Bebas Diri Kita dari Perbudakan Nafsu"
-Habibie Musthafa-



Kebebasan. Orang bebas-bebas saja menentukan pillihannya. Akan tetapi orang tidak seenaknya saja melakukan apa yang dia mau. Kebebasan seseorang telah dibatasi oleh kebebasan orang lain. Seperti dalam kehidupan sosial bermasyarakat, sebagai  penduduk kos-kosan saja contohnya, saya bebas menyetel lagu apapun, sekencang apapun, bebas. Tapi kebebasan saya menyetel lagu dibatasi kebebasan tetangga kamar saya untuk beristirahat. Salah satu contoh sederhananya seperti itu.

Jadi, dalam malaksanakan prinsip kebebasan, sudah seharusnya melihat dahulu orang lain yang ada di sekeliling kita. Dengan kata lain ‘peduli’ terhadap orang lain, karena kita hidup tidak sendirian. Tidak bisa kita hidup tanpa adanya orang lain, walaupun (katakanlah) kita orangnya tertutup atau individualis tetap saja tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain di sekitar kita. Itu dalam hal bersosial.

Beberapa jam yang lalu, tepatnya siang jam 2an tanggal 23 Oktober 20012 saya mengikuti sarasehan di theatrikal bahasa UIN, sarasehan tersebut membahas tentang Islam di USA, yang menghadirkan perwakilan dari kedubes Amerika. Di Amerika sangat menjunjung tinggi kebebasan terutama dalam beragama. Hal kepercayaan adalah urusan yang sangat personal untuk mereka, menanyakan ‘kamu agama apa’ saja mereka anti. Mereka bebas menentukan agama apapun, begitu pula dalam hal berekspresi. Beberapa waktu yang lalu media di dunia digencarkan dengan film “Innocence of Muslim” yang berisi penghinaan terhadap ummat Islam. Film tersebut diproduksi di Amerika dan di pasarkannya juga di Amerika, tetapi karena film terebut bermuatan penghinaan terhadap umat Islam akhirnya trial dari film tersebut banyak menyebar ke internet lewat jejaring sosial -terutama Youtube-. Umat Islam di dunia marah karena melihat film tersebut, sampai duta besar Amerika di Libanon meninggal di bombardir oleh orang-orang tertentu.

(saya menghelak nafas dan sedikit tertegun mendengar berita tersebut)..
Yang ada dalam fikiran saya, kenapa umat Islam gampang sekali terprofokasi? Begitu sensitifkah kita?
Bukan karena penghinaannya. Penghinaan terhadap Islam harus dilawan, dan tidak boleh dibiarkan, saya sangat setuju dengan itu. Tapi apakah harus sampai mengorbankan orang yang belum tahu, atau haruskah sampai unjuk rasa yang berlebihan sampai menimbulkan kerusuhan dan mengakibatkan cederanya atau bahwkan hilangnya nyawa orang tak berdosa?? Tentunya tidak kawan...
Kalau sikap umat Islam seperti itu, mungkin orang yang benci terhadap Islam malah bertepuk tangan dibelakang sana, dan mentertawakannya. Dan syaiton berjingkrak-jingkrak senang melihat umat Islam seperti itu.

Cobalah gunakan akal pikiran yang sehat dan tenangkan hati, tanpa harus disertai dengai emosi. Landasi akal dan hati kita dengan syari’at (al Qur’an dan Hadits). Kuasai pikiran! bukan pikiran yang menguasai kita!.

Syaithon akan pintar-pintar memilih cara untuk mengelabuhi kita. Sesuatu yang dianggap benar oleh kita, padahal anggapan benar itu adalah selimutan Syaithon. Na'udzubillahi min dzaalik.. A'udzubillahi minassyaithonirrojiimm.
"aku berlindung pada-Mu (ya Alloh) dari godaan Syaithon yang terkutuk"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar