"Bebas Diri Kita dari Perbudakan Nafsu"
-Habibie Musthafa-
-Habibie Musthafa-
Kebebasan. Orang
bebas-bebas saja menentukan pillihannya. Akan tetapi orang tidak seenaknya saja
melakukan apa yang dia mau. Kebebasan
seseorang telah dibatasi oleh
kebebasan orang lain. Seperti dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, sebagai penduduk
kos-kosan saja contohnya, saya bebas menyetel lagu apapun, sekencang apapun,
bebas. Tapi kebebasan saya menyetel lagu dibatasi kebebasan tetangga kamar saya
untuk beristirahat. Salah satu contoh sederhananya seperti itu.
Jadi, dalam malaksanakan
prinsip kebebasan, sudah seharusnya melihat dahulu orang lain yang ada di
sekeliling kita. Dengan kata lain ‘peduli’ terhadap orang lain, karena kita
hidup tidak sendirian. Tidak bisa kita hidup tanpa adanya orang lain, walaupun
(katakanlah) kita orangnya tertutup atau individualis tetap saja tidak bisa
hidup tanpa adanya orang lain di sekitar kita. Itu dalam hal bersosial.
Beberapa jam yang
lalu, tepatnya siang jam 2an tanggal 23 Oktober 20012 saya mengikuti sarasehan
di theatrikal bahasa UIN, sarasehan tersebut membahas tentang Islam di USA,
yang menghadirkan perwakilan dari kedubes Amerika. Di Amerika sangat menjunjung
tinggi kebebasan terutama dalam beragama. Hal kepercayaan adalah urusan yang
sangat personal untuk mereka, menanyakan ‘kamu agama apa’ saja mereka anti.
Mereka bebas menentukan agama apapun, begitu pula dalam hal berekspresi.
Beberapa waktu yang lalu media di dunia digencarkan dengan film “Innocence of Muslim” yang
berisi penghinaan terhadap ummat Islam. Film tersebut diproduksi di Amerika dan
di pasarkannya juga di Amerika, tetapi karena film terebut bermuatan penghinaan
terhadap umat Islam akhirnya trial dari film tersebut banyak menyebar ke
internet lewat jejaring sosial -terutama Youtube-. Umat Islam di dunia marah
karena melihat film tersebut, sampai duta besar Amerika di Libanon meninggal di
bombardir oleh orang-orang tertentu.
(saya menghelak
nafas dan sedikit tertegun mendengar berita tersebut)..
Yang ada dalam
fikiran saya, kenapa umat Islam gampang sekali terprofokasi? Begitu sensitifkah
kita?
Bukan karena penghinaannya.
Penghinaan terhadap Islam harus dilawan, dan tidak boleh dibiarkan, saya sangat setuju dengan itu.
Tapi apakah harus sampai mengorbankan orang yang belum tahu, atau haruskah
sampai unjuk rasa yang berlebihan sampai menimbulkan kerusuhan dan
mengakibatkan cederanya atau bahwkan hilangnya nyawa orang tak berdosa?? Tentunya tidak kawan...
Kalau sikap umat
Islam seperti itu, mungkin orang yang benci terhadap Islam malah bertepuk
tangan dibelakang sana, dan mentertawakannya. Dan syaiton berjingkrak-jingkrak
senang melihat umat Islam seperti
itu.
Cobalah gunakan
akal pikiran yang sehat dan tenangkan hati, tanpa harus disertai dengai emosi.
Landasi akal dan hati kita dengan syari’at (al Qur’an dan Hadits). Kuasai
pikiran! bukan pikiran yang menguasai kita!.
Syaithon akan pintar-pintar memilih cara untuk mengelabuhi kita. Sesuatu yang dianggap benar oleh kita, padahal anggapan benar itu adalah selimutan Syaithon. Na'udzubillahi min dzaalik.. A'udzubillahi minassyaithonirrojiimm.
"aku berlindung pada-Mu (ya Alloh) dari godaan Syaithon yang terkutuk"
Syaithon akan pintar-pintar memilih cara untuk mengelabuhi kita. Sesuatu yang dianggap benar oleh kita, padahal anggapan benar itu adalah selimutan Syaithon. Na'udzubillahi min dzaalik.. A'udzubillahi minassyaithonirrojiimm.
"aku berlindung pada-Mu (ya Alloh) dari godaan Syaithon yang terkutuk"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar