Rabu, 23 Oktober 2013

inspirasi pagi di majelis ilmu

Guru yang baik tidak hanya pandai menyemai
Tapi juga lihai membajak dan mencangkuli
- inspirasi pagi di majelis ilmu -



Guru yang baik tidak hanya pandai menyemai
Tapi juga lihai membajak dan mencangkuli

Apa maksudnya?

Kita Analogikan dengan Padi dan Lahan

Padi ibarat ilmunya
Lahan ibarat orangnya –lebih khususnya lagi; ibarat hati dari orang tersebut–

Padi tidak akan tumbuh baik bila di tanam di lahan yang tidak subur
Bila tetap dipaksa ditanam di lahan tersebut
Maka padi tak akan tumbuh dengan baik
Bahkan yang tumbuh lebih subur.. malah gulmanya
--@--

Saya baru tersadar, dan termenung sejenak akan hal ini
Saat mengikuti kajian KRPH di Mardliyyah (24/10/13)
Dengan Murabbi kita Ust Syatori Abdul Rouf
Ketika beliau mengatakan, “guru terbaik adalah tidak hanya menyemai ilmu tapi juga berusaha jerih payah ‘membajak dan mencangkuli’ hati kita”

Pikiran saya tertuju pada kondisi sekarang
Bagaimana para guru juga dosen hanya memberikan ilmu saja
Para guru hanya menyemai benih saja,
Tanpa memperhatikan bagaimana kondisi lahan
Bahkan tanpa peduli bagaimana muridnya setelah disemai itu

Terbersit dalam fikiran saya
Sebuah film dari Indonesia
Menceritakan seorang santri yang berasal dari keluarga kaya
Memasuki pesantren
Dan kemudian Sang Kiyai tak mengizinkan dia mengaji
Tapi diperlakukan berbeda... ya sangat berbeda dari santri lain
Santri ini disuruhnya untuk melakukan pemenuhan kebutuhan pesantren
Sapu-sapu, bersih-bersih, mengangkut air dan sebagainya

Ya.. begitulah gambaran filmnya
Jangan terlalu jauh mendeskripsikan filmnya
Kita ambil i’tibarnya saja dari kejadian yang satu ini

Sekarang ini amatlah langka
Bila mencari Sang Kiyai yang sangat memperhatikan Santri
Sedemikian detailnya, sedemikian perhatiannya, sedemikian tafahhumnya pada Santri
Sehingga menghasilkan padi yang unggul
Santri yang berkualitas... dan murid yang tauladan.

Guru yang baik.... ibarat petani.
Petani yang menyiapkan lahannya dulu baik-baik
Sebelum ditanami dengan bibit-bibit unggul

Tidak tertekan dengan silabus dan kurikulum yang harus diselesaikan dalam waktu sekian hari... sekian minggu... sekian bulan.
Cepat dan “disiplin waktu” mungkin iya
Itu juga ‘disiplin waktu’nya menurut siapa. Kepala dinas?
Tapi apakah yang anda didik itu adalah..
Harimau? dengan tujuan keahlian sirkusnya..?
Monyet? dengan tujuan keahlian topeng monyetnya..?
Gajah? dengan tujuan kelihaian melukisnya..?

Manusia bukan dididik sebagai mahasiswa, dengan tujuan IPKnya
Bukan juga dengan tujuan sekedar lulus cepat waktu
Atau dengan tujuan dapati lulusannya bekerja di perusahaan besar

Para guru-guru perlu anda sadar –kalo skedar “tahu” mungkin sudah dari dulu–
Bahwa yang anda hadapi adalah manusia
Yang punya akal dan hati
Astaghfirulloh...

Guru yang baik adalah yang sangat memahami mutarobbinya (muridnya)
Guru yang sukses adalah yang membuat mutarobinya tau diri dan sadar diri

Guru yang sukses (dalam konotasi baik)
Adalah bukan yang membuat muridnya lebih sukses dari dirinya
Belum tentu
Kalimat “lebih sukses” itu masih terlalu general
Sehingga perlu spesifikisasi :D

Hanya sekedar contoh;
Ada yang muridnya saat ini sukses menjadi hakim agung
Jelas lebih sukses dari gurunya (yang hanya sekedar dosen)
Tapi sukses dalam hal apa dulu... kalaauuu dibalik jabatan hakim agung dia korupsi
Sukses menjadikannya dia koruptor??? Hhh...
Berarti dalam hal ini suksesnya (dalam konotasi buruk)
Faham kan maksud saya..?

-Habibie Musthafa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar