ZIAROH KUBUR -pada orang yang dianggap keramat-, SAAT INI SUDAH TIDAK
RELEVAN
Oleh: Habibie
Musthafa
Email: biefa8@gmail.com
16 Februari 2013
Ziarah kubur pada orang-orang
yang “dikeramatkan”, saat ini sepertinya sudah tidak relevan lagi untuk
dilakukan. Dulu Rosululloh SAW memperbolehkan ziaroh kubur karena umat islam
waktu itu imannya sudah pada kuat, dan tidak ada embel-embel dan niat lain –dari
siaroh itu– kecuali hanya untuk mendo’akan almarhum semata. Tidak lebih dari
itu.
Nah, sekarang melihat kondisi
ummat saat ini, –kalau saya boleh katakan– “mirip” seperti masa jahiliyah dulu.
Ketika orang-orang menyembah berhala yang tidak berdaya. Yang membuat orang
tersebut keluar dari identitas keislamannya. Terlebih bagi orang-orang yang
hanya “islam KTP”. Na’udzubillahi min
dzaalik.
Masa jahiliyah dulu orang-orang
menyembah kepada berhala-berhala berawal dari “mengkeramatkan” orang yang sudah
meninggal yang pada waktu itu –orang tersebut– dianggap istimewa. Seperti halnya
Latta, ‘Uza, Manat dan Hubal. Itu adalah nama orang yang pada waktu itu dikenal
sebagai orang baik, dermawan dan sering memberi kebaikan kepada orang sekitar,
khususnya yang berkunjung ke ka’bah. Setelah mereka meninggal, orang-orang
kemudian mengagung2kan orang tersebut.
Pada awalnya mereka masih percaya
kepada Alloh, akan tetapi mereka merasa “tidak pantas” bila mereka langsung
memohon ke Alloh karena banyaknya dosa. Sehingga mereka menggunakan orang yang “soleh”
tadi sebagai ‘perantara’ untuk menyampaikan do’anya kepada Alloh.
Ujung-ujungnya –na’udzubillahi min dzalik– mereka sampai
menuhankan orang tersebut, sampai-sampai membuatkan tiruan dari orang itu
berupa benda-benda berupa patung sebagai bentuk sesembahan mereka.
Sehingga, Amr bin Luhay [yang
merupakan pelopor dari penyembahan berhala itu]. Rosululloh menyebutkan siksaan
yang sangat pedih baginya. –na’udzubillahi
min dzalik–
Nah loh…, saat ini sebagian umat
kita sudah banyak yang berkunjung ke berbagai tempat yang dianggap keramat dan
berbagai kebiasaan dilakukan di tempat tersebut. Mulai dari –secara personal–
yang bawa-bawa air minum sendiri
–katanya biar airnya berkah–, sampai pada –secara kelompok– masyarakat disekitarnya melakukan tradisi yang tidak disyari’atkan (dibikin orang menjadi kesurupan, sampai darah hewan saja diminum). Astaghfirulloh…
–katanya biar airnya berkah–, sampai pada –secara kelompok– masyarakat disekitarnya melakukan tradisi yang tidak disyari’atkan (dibikin orang menjadi kesurupan, sampai darah hewan saja diminum). Astaghfirulloh…
Hai para ulama, apakah hatimu
tidak terusik dengan kebiasaan masyarakat ‘’muslim’’ kita yang seperti itu?
–jangan beralibi; ini tradisi yaa!!–
(udah ga zaman lagi tauu…).
Sekarang saatnya kita
membereskannya. Membereskan dengan cara yang ma’ruf.
Jangan sampai para ulama malah
menjadi ‘’Amr bin Luhay’’ yang baru. Luhay-Luhay yang baru…
–na’udzubillahi min dzalik–
Hai para kyai…, para ustad…, yang
masih banyak mengajak umatnya untuk berziarah –sampai memohon2 segala kpada
wali2, dsb.– Apakah engkau mau menjadi Amr bin Luhay yang baru??? Hehh.. Apakah
engkau akan menjadi pelopor kejahiliyahan modern?. Mau kau dijanjikan siksaan
yang pedih dan abadi di neraka (seperti halnya Amr bin Luhay) ?? Masihkah kauu
mau membiarkan umatmu menjadi celaka??? Heehhh…
Celaka iman umatmu, maka celaka
pula kauu.
Untuk kembali melakukan ziaroh
kubur –yang dulu sudah diperbolehkan Rosul-. Maka saya kira harus mempertebal
dahulu iman umat Islam ini. Kalau bias tempat-tempat ziaroh harus ditutup dulu.
Orang-orang yang tadinya akan berkunjung ke makam tersebut dibelokkan ke
tempat-tempat majlis. Majlis yang mengkaji tauhid. Tauhid umat islam ini perlu
untuk diperbaiki. Di masa awal-awal kemunculan Islam, tauhid adalah hal pertama
yang ditanamkan oleh Rosululloh kepada umatnya.
Laahaula walaaquwwata illa billah.
Astaghfirulloh.
#Wallohu'alam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar