Sabtu, 16 Februari 2013

ZIAROH KUBUR YANG TIDAK RELEVAN DI MASA SEKARANG



ZIAROH KUBUR -pada orang yang dianggap keramat-, SAAT INI SUDAH TIDAK RELEVAN

Oleh: Habibie Musthafa
16 Februari 2013


Ziarah kubur pada orang-orang yang “dikeramatkan”, saat ini sepertinya sudah tidak relevan lagi untuk dilakukan. Dulu Rosululloh SAW memperbolehkan ziaroh kubur karena umat islam waktu itu imannya sudah pada kuat, dan tidak ada embel-embel dan niat lain –dari siaroh itu– kecuali hanya untuk mendo’akan almarhum semata. Tidak lebih dari itu.
           
Nah, sekarang melihat kondisi ummat saat ini, –kalau saya boleh katakan– “mirip” seperti masa jahiliyah dulu. Ketika orang-orang menyembah berhala yang tidak berdaya. Yang membuat orang tersebut keluar dari identitas keislamannya. Terlebih bagi orang-orang yang hanya “islam KTP”. Na’udzubillahi min dzaalik.
Masa jahiliyah dulu orang-orang menyembah kepada berhala-berhala berawal dari “mengkeramatkan” orang yang sudah meninggal yang pada waktu itu –orang tersebut– dianggap istimewa. Seperti halnya Latta, ‘Uza, Manat dan Hubal. Itu adalah nama orang yang pada waktu itu dikenal sebagai orang baik, dermawan dan sering memberi kebaikan kepada orang sekitar, khususnya yang berkunjung ke ka’bah. Setelah mereka meninggal, orang-orang kemudian mengagung2kan orang tersebut.
Pada awalnya mereka masih percaya kepada Alloh, akan tetapi mereka merasa “tidak pantas” bila mereka langsung memohon ke Alloh karena banyaknya dosa. Sehingga mereka menggunakan orang yang “soleh” tadi sebagai ‘perantara’ untuk menyampaikan do’anya kepada Alloh.
Ujung-ujungnya –na’udzubillahi min dzalik– mereka sampai menuhankan orang tersebut, sampai-sampai membuatkan tiruan dari orang itu berupa benda-benda berupa patung sebagai bentuk sesembahan mereka.
Sehingga, Amr bin Luhay [yang merupakan pelopor dari penyembahan berhala itu]. Rosululloh menyebutkan siksaan yang sangat pedih baginya. –na’udzubillahi min dzalik

Nah loh…, saat ini sebagian umat kita sudah banyak yang berkunjung ke berbagai tempat yang dianggap keramat dan berbagai kebiasaan dilakukan di tempat tersebut. Mulai dari –secara personal– yang bawa-bawa air minum sendiri
–katanya biar airnya berkah–, sampai pada –secara kelompok– masyarakat disekitarnya melakukan tradisi yang tidak disyari’atkan (dibikin orang menjadi kesurupan, sampai darah hewan saja diminum). Astaghfirulloh…

Hai para ulama, apakah hatimu tidak terusik dengan kebiasaan masyarakat ‘’muslim’’ kita yang seperti itu?
–jangan beralibi; ini tradisi yaa!!– 
(udah ga zaman lagi tauu…).
Sekarang saatnya kita membereskannya. Membereskan dengan cara yang ma’ruf.
Jangan sampai para ulama malah menjadi ‘’Amr bin Luhay’’ yang baru. Luhay-Luhay yang baru…
na’udzubillahi min dzalik

Hai para kyai…, para ustad…, yang masih banyak mengajak umatnya untuk berziarah –sampai memohon2 segala kpada wali2, dsb.– Apakah engkau mau menjadi Amr bin Luhay yang baru??? Hehh.. Apakah engkau akan menjadi pelopor kejahiliyahan modern?. Mau kau dijanjikan siksaan yang pedih dan abadi di neraka (seperti halnya Amr bin Luhay) ?? Masihkah kauu mau membiarkan umatmu menjadi celaka??? Heehhh…
Celaka iman umatmu, maka celaka pula kauu.


Untuk kembali melakukan ziaroh kubur –yang dulu sudah diperbolehkan Rosul-. Maka saya kira harus mempertebal dahulu iman umat Islam ini. Kalau bias tempat-tempat ziaroh harus ditutup dulu. Orang-orang yang tadinya akan berkunjung ke makam tersebut dibelokkan ke tempat-tempat majlis. Majlis yang mengkaji tauhid. Tauhid umat islam ini perlu untuk diperbaiki. Di masa awal-awal kemunculan Islam, tauhid adalah hal pertama yang ditanamkan oleh Rosululloh kepada umatnya.

Laahaula walaaquwwata illa billah.
Astaghfirulloh.
#Wallohu'alam bisshowab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar