Senin, 17 Mei 2010

Materi Bukan Satu-satunya Jalan

Ketika aku melihat suatu acara di stasiun televisi swasta, acara tersebut menceriterakan suatu keluarga yang hidup berkecukupan dengan segala fasilitas teknologi terkini dan dengan segala kemudahan yang didapatkannya juga dengan rumah yang cukup besar. Tetapi ada hal yang disayangkan, keluarga ini tidak bisa hidup dalam kebersamaan keluarganya karena kesibukan individu masing-masing dan ketergantungannya dengan barang-barang elektronik, seperti hp, laptop, kamera, internet dan sebagainya. Barang-barang tersebut menyebabkan dia hidup individualis sekalipun mereka semuanya sedang berada di dalam rumah tetapi mereka tinggal di kamarnya masing-masing. Jarang sekali mereka bertemu, bahkan suami istri terebut tidak pernah melakukan hubungan badan selama sepuluh tahun terakhir. Suami istri tersebut dianugerahi 2 anak perempuan. Semua komunikasi yang dilakukan oleh mereka lebih sering dengan teman-temannya, kadang kalau ada yang mau di obrolin mereka cukup dengan sms saja, padahal masih ada dalam satu rumah. Mereka sangat ketergantungan sekali dengan peralatan elektronik.

Ternyata materi bukanlah tujuan utama, tapi dibalik itu adalah kebahagiaan. Kebersamaan dalam mempertahankan jalinan rumah tangga. Dikala keperluan materi kita masih dikatakan pas-pasan mungkin akan terasa lebih akrab dan terasa banget rasa kebersamaan dan perhatiannya. Ketika waktu makan datang, tiap anggota keluarga berkumpul rame-rame ditempat makan yang sederhana dan akan selalu menunggu ketika salah satu anggota keluarga belum datang ke dapur walaupun perutnya sudah keroncongan. Sambil bercanda tawa dalam kehangatan itu mungkin rasa lapar tidak akan terlalu berasa. Tapi Islam tidak menyuruh kita untuk miskin, bahkan Islam menyuruh kita kejarlah duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan kejarlah akhiratmu seolah kamu akan mati besok. Maka keseimbanganlah yang diharapkan Islam antara urusan dunia dan akhirat.

Dengan kemajuan teknologi mungkin dengan diberinya tiap orang handphone, laptop, televisi dan sebagainya akan membuat anggota keluarga bersikap acuh dan individualis, walaupun setiap hari tinggal dalam satu atap. Karena kesibukan mereka masing-masing, dengan handphonenya mereka akan lebih intensif berhubungan dengan teman-temannya mungkin dan dengan laptopnya mereka akan lebih disibukkan dengan dunia maya dari pada dengan keluarganya. Hal yang jauh akan dirasa dekat dan yang dekat akan mereka anggap tidak ada. Rasa kekeluargaan dan kebersamaan akan luntur seiring berjalannya waktu, mereka tidak akan saling perhatian dan tidak tahu apa aktivitas orang-orang yang ada disekitarnya itu.

Teknologi sekarang tentunya tidak bisa dihindari seiring berkembangnya teknologi, bila kita menghindar dari itu maka kita akan ketinggalan langkah. Tapi disamping itu ada hal yang lebih penting dalam berkeluarga, yaitu kebersamaan dan saling pengertian juga perhatian diantara anggota keluarga. Akan berbeda rasanya ketika kita diperhatikan oleh teman dengan perhatian dari keluarga. Perlu kecerdasan dari seorang suami sebagai kepala rumah tangga supaya tetap seimbang. Dan juga tidak kalah pentingnya adalah pendidikan agama, adalah hal pertama dan utama yang harus diberikan pada setiap anggota keluarga, sebagaimana  Rasulullah membina rumah tangganya dan hubungan interaksi di keluarga Rasulullah.

Ketika kebutuhan materi tercukupi maka keharmonisan keluarga harus lebih baik lagi, walaupun kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan materi. Kekayaan materi dengan kebahagiaan harus maju saling beriringan, ibarat kereta dengan relnya, keimanan dan keislaman menjadi batu kerikil yang menyanggah rel kereta. Iman dan Islam adalah landasan utama dalam rumah tangga dan keluarga kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar