Kamis, 31 Oktober 2013

Mengkhawatirkan Masa Depan?

Mengkhawatirkan Masa Depan??



Kenapa masa depan dikhawatirkan?
Memangnya kapan masa depan itu dimulai?

Jika masa depan itu terus dikhawatirkan, maka kapan ujungnya?
Sudahkah anda  menjawab “kapan masa depan itu dimulai?” –memang hal yang abstrak–

Mungkin sampai besok juga pertanyaan tersebut akan sulit dijawab.
Bila masa depan terus dikhawatirkan.

Lalu, yang jadi pertanyaan;
Kenapa terlalu sibuk mengkhawatirkan masa depan? Bila masa depan memang adalah saat ini.

Bila sudah tau masa depan adalah saat ini.
Mestinya bukan sibuk mengkhawatirkan.
Tapi bersibuklah memanfaatkan, dan mengikhtiarkan.
InsyaAllah itu lebih memberikan kemaslahatan.


#Muhasabah...dari kajian Kamis pagi.
Jazakallah, guruku; Ust Solihun



Sang Pengembara
-Habibie Musthafa-
biefa8@gmail.com

Rabu, 30 Oktober 2013

TELISIK YANG MEMANTIK




Menggalau tak ada arti
Bila tak dibarengi solusi

Telisik mata berpenasaran tuk melirik
Berkecambuk dengan hati yang seolah memantik;
Hai.. diri yang tiada daya
Tiada bagimu hak yang nyata

Hanya dosa yang kau dapat
Bila kau meneruskan siasat tuk menatap dan sikat
Sekalipun hanya sebatas membayangkan si akhwat

Solusinya hanya melupakan kejadian
Seolah tak terjadi hal yang demikian

Tak perlu membayangkan
Karena jodoh, Allah yang menentukan
Tak perlu mengkhawatirkan
Karena jodoh bukan untuk dikhawatirkan, tapi untuk diikhtiarkan



Sabtu, 26 Oktober 2013

Kegagalan Mungkin Lebih Baik Dari Pada Keberhasilan





Mungkin ada saatnya kegagalan memang lebih baik dari pada keberhasilan

Kita susuri kisah orang-orang gagal yang sikapnya dalam menghadapi kegagalan dimuliakan Allah dalam Al Quran.

> Gagalnya Nabi Adam dalam berlaku taat, tapi dia lalu bertaubat sehingga dia diampuni dan selamat.
Berbeda dengan syaiton yang berhasil dalam ibadat tapi dia lantas berbangga, sombong dan maksiat maka baginya laknat.

> Gagalnya Nabi Yunus dalam bersabar sampai dia berpaling meninggalkan tugasnya. Tapi dia bertaubat ditengah gelapnya..hingga terkeluarkan dari perut ikannya, dan berbuahkan keimanan dari ummatnya.
Di sisi lain ada Bal'am yang berhasil menjadi ulama, mustajabah doanya, tapi berujungkan kehinaan dirinya.

> Nabi Musa gagal menahan diri hingga nyawa orang melayang. Tapi dia bermunajat dalam doanya, dengan kesungguhannya bertaubat.  Hingga berbuah kelak dia diangkat menjadi seorang Nabi pemimpin ummat. Kemudian didapatnya makanan, pekerjaan, dan juga istri dari anak sang Nabi.
Berbeda dengan Qarun yang berhasil kaya, tapi dengan kesombongannya.. bumi membenamkan seluruh hartanya. Berujung kehinaan dan kebinasaan.

> Saya...??
Bila nak kali ini gagal, maka teruskanlah perjuangan. Karena disitulah kan terlihat hasilnya.
Bila pancinganmu tertarik kencang, maka jangan kau lepaskan. Karena itulah buahnya.
Bila obatmu terasa pahit, maka janganlah kau muntahkan. Karena itulah mujarabnya.
Bila betadine terasa perih, maka janganlah kau bantingkan. Karena itulah ampuhnya.




biefa8@gmail.com




Jumat, 25 Oktober 2013

ESENSI UCAPAN “SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU” UNTUK PENGANTIN




Dulu rasanya tak ada makna
Bak hampir setiap mulut orang berkata demikian pada Sang raja
Raja sehari dalam kehidupan
Ya. Pengantin.

“Selamat menempuh hidup baru ya”
Lidah terasa hambar mengucap, muka terasa bingung bersikap.
Tak tau apa makna sepenggal kalimat

Ternyata.. ehh ternyata.

Seorang guru berucap
Hingga terpancarlah suatu harap
Harap cahaya keilmuan yang terpancar dari seorang murabbi yang menatap

Inilah makna sepenggal kalimat

Menikah itu adalah hidup baru.
Kehidupan baru.
Dimana kita telah mempunyai teman hidup,
mempunyai visi dan misi yang jelas,
Bobot amalan ibadah kita jadi berbeda
Amat berbeda dengan sebelum menikah

Sehingga sayang sekali bila ada orang yang masih membawa-bawa masa lalu pada pernikahannya.
Suami masih sibuk dengan trauma masa lalunya, padahal istri adalah orang yang baru dalam kehidupannya.
Begitu juga sebaliknya.

Bila sudah demikian,
bagaimana bisa suami istri bisa berjalan beriringan
berlayar menempuh samudera rumah tangga.
Hanya ketidak fokusan yang ada.

Oleh karena itu fokuslah!
Seorang ayah fokuslah untuk mentarbiyyah istrinya,
dan seorang ibu fokuslah mentarbiyyah anaknya.
–walaupun sebenarnya tdk mesti istri yg mentarbiyah anak atau suami yg mentarbiyah istri–.

Sehingga anak keturunan kita menjadi jundi-jundi
yang akan menegakkan kalimat Allah di muka bumi.
Tak ada harta yang lebih berharga selain hadirnya jundi-jundi ilahi
Yang senantiasa menjadi qurrota a’yun bagi diri

Hadapilah kehidupan baru
dengan ber-visi dan misi-kan yang jelas.
Sehingga tujuan akhir dari rumah tangga adalah ridho Allah SWT…



Sang Perindu Bidadari Surga ;)
-Habibie Musthafa-




Rabu, 23 Oktober 2013

Keberpasrahan Ataukah Keberpalingan?

Keberpasrahan Ataukah Keberpalingan?



Entah apa lagi yang akan ku perbuat
Entah ini adalah usaha dan ikhtiar yang dipuji atau dilaknat
Ku berlindung pada-Mu Ya Allah dari segala amalan yang Engkau laknat

Ku tak tahu apa lagi yang mesti di laku
Doa Usaha Ikhtiar dan Tawakal tlah ku lalu
Terus siapa lagi yang harus ku temu
Selain Engkau dzat yang Maha Tahu

Sungguh hilang diri, sungguh rugi diri
Bila Engkau tak mengampuni

Hilang diri kemana lagi ku harus bersedu
Rugi diri kemana lagi ku mesti mengadu

Saat ini ku serahkan urusanku padaMu
Karena inilah mampuku

Bila “DUIT” tlah ku lalui*
Maka apalagi yang harus ku lakoni

Ku tak tahu..
Apakah sikap “penyerahan” ini adalah bentuk keberpasrahan dari perjuangan yang tlah dilakukan?
Ataukah keberpalingan dari amanat yang tlah dititipkan?

Ya Allah.. ku berlindung pada-Mu dari semua keburukan.


Sang Perindu Maghfiroh-Mu
-Habibie Musthafa-


*DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal)

inspirasi pagi di majelis ilmu

Guru yang baik tidak hanya pandai menyemai
Tapi juga lihai membajak dan mencangkuli
- inspirasi pagi di majelis ilmu -



Guru yang baik tidak hanya pandai menyemai
Tapi juga lihai membajak dan mencangkuli

Apa maksudnya?

Kita Analogikan dengan Padi dan Lahan

Padi ibarat ilmunya
Lahan ibarat orangnya –lebih khususnya lagi; ibarat hati dari orang tersebut–

Padi tidak akan tumbuh baik bila di tanam di lahan yang tidak subur
Bila tetap dipaksa ditanam di lahan tersebut
Maka padi tak akan tumbuh dengan baik
Bahkan yang tumbuh lebih subur.. malah gulmanya
--@--

Saya baru tersadar, dan termenung sejenak akan hal ini
Saat mengikuti kajian KRPH di Mardliyyah (24/10/13)
Dengan Murabbi kita Ust Syatori Abdul Rouf
Ketika beliau mengatakan, “guru terbaik adalah tidak hanya menyemai ilmu tapi juga berusaha jerih payah ‘membajak dan mencangkuli’ hati kita”

Pikiran saya tertuju pada kondisi sekarang
Bagaimana para guru juga dosen hanya memberikan ilmu saja
Para guru hanya menyemai benih saja,
Tanpa memperhatikan bagaimana kondisi lahan
Bahkan tanpa peduli bagaimana muridnya setelah disemai itu

Terbersit dalam fikiran saya
Sebuah film dari Indonesia
Menceritakan seorang santri yang berasal dari keluarga kaya
Memasuki pesantren
Dan kemudian Sang Kiyai tak mengizinkan dia mengaji
Tapi diperlakukan berbeda... ya sangat berbeda dari santri lain
Santri ini disuruhnya untuk melakukan pemenuhan kebutuhan pesantren
Sapu-sapu, bersih-bersih, mengangkut air dan sebagainya

Ya.. begitulah gambaran filmnya
Jangan terlalu jauh mendeskripsikan filmnya
Kita ambil i’tibarnya saja dari kejadian yang satu ini

Sekarang ini amatlah langka
Bila mencari Sang Kiyai yang sangat memperhatikan Santri
Sedemikian detailnya, sedemikian perhatiannya, sedemikian tafahhumnya pada Santri
Sehingga menghasilkan padi yang unggul
Santri yang berkualitas... dan murid yang tauladan.

Guru yang baik.... ibarat petani.
Petani yang menyiapkan lahannya dulu baik-baik
Sebelum ditanami dengan bibit-bibit unggul

Tidak tertekan dengan silabus dan kurikulum yang harus diselesaikan dalam waktu sekian hari... sekian minggu... sekian bulan.
Cepat dan “disiplin waktu” mungkin iya
Itu juga ‘disiplin waktu’nya menurut siapa. Kepala dinas?
Tapi apakah yang anda didik itu adalah..
Harimau? dengan tujuan keahlian sirkusnya..?
Monyet? dengan tujuan keahlian topeng monyetnya..?
Gajah? dengan tujuan kelihaian melukisnya..?

Manusia bukan dididik sebagai mahasiswa, dengan tujuan IPKnya
Bukan juga dengan tujuan sekedar lulus cepat waktu
Atau dengan tujuan dapati lulusannya bekerja di perusahaan besar

Para guru-guru perlu anda sadar –kalo skedar “tahu” mungkin sudah dari dulu–
Bahwa yang anda hadapi adalah manusia
Yang punya akal dan hati
Astaghfirulloh...

Guru yang baik adalah yang sangat memahami mutarobbinya (muridnya)
Guru yang sukses adalah yang membuat mutarobinya tau diri dan sadar diri

Guru yang sukses (dalam konotasi baik)
Adalah bukan yang membuat muridnya lebih sukses dari dirinya
Belum tentu
Kalimat “lebih sukses” itu masih terlalu general
Sehingga perlu spesifikisasi :D

Hanya sekedar contoh;
Ada yang muridnya saat ini sukses menjadi hakim agung
Jelas lebih sukses dari gurunya (yang hanya sekedar dosen)
Tapi sukses dalam hal apa dulu... kalaauuu dibalik jabatan hakim agung dia korupsi
Sukses menjadikannya dia koruptor??? Hhh...
Berarti dalam hal ini suksesnya (dalam konotasi buruk)
Faham kan maksud saya..?

-Habibie Musthafa-

Jumat, 04 Oktober 2013

......?? Tuduhan tak berdasar

lucu dan aneh..
Menuduh orang wahabi, tapi dirinya mengkeramatkan ulama.
Ajarannya diagung2kan, padahal hal tersebut bertentangan dengan hukum islam
Makamnya dielus2, berdoa sambil bawa air ke makamnya, setiap peninggalannya di pusaka-kan.


Astaghfirulloh...
Ya Allah kuatkanlah iman kami,
Teguhkanlah tauhid kami 
Kami hanya meng-esakanMu, dan mengagungkanMu
Tiada Tuhan selain Engkau Ya Allah, dan Muhammad adalah utusanMu.


Ulama adalah penerus risalah Rosululloh
Silahkan ikuti, tapi jangan sampai menuhankan dong..
Silahkan laksanakan fatwanya, tapi bila keliru..ya tegur dong, masa keliru juga tetap dilaksanakan.
Malah diagung2kan lagi.


Jangan salah memahami.
JANGAN MENUNJUK "ITU BANGKAI", TAPI PADA CERMIN.
Jangan menuduh orang gila tapi dirinya bertelanjang dipinggir jalan

-----

Ya Allah... tetapkanlah kami untuk selalu di jalan lurusmu
Jalan yang Engkau ridhoi dan berkahi.