DOSA MEMATIKAN NURANI
-Habibie Musthafa-
Email: biefa8@gmail.com
“Merasa tak berdosa adalah
kain kafan yang menyelimuti hati ketika ia mati”
-Salim A. Fillah-. Begitulah kutipan beliau dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang.
-Salim A. Fillah-. Begitulah kutipan beliau dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang.
Rasanya
kita harus banyak meng-evaluasi diri, betapa seringnya kita menyepelekan
dosa-dosa yang telah dan tengah kita lakukan beberapa waktu yang lalu atau
bahkan saat ini. Banyak bentuk dosa dan maksiat yang bisa dilakukan manusia,
walaupun raganya tengah berada di masjid tapi apabila pikirannya sedang
memikirkan kemaksiatan, mulutnya sedang menggunjing orang, hatinya sedang
bermaksiat pada Alloh... hal itu mungkin beberapa kali kita lakukan. Hal yang
tidak disadari –perasaan kita mungkin sedang beribadah– karena raga kita ada di
masjid. Tapi –astaghfirullohal’adziim– ternyata sebenarnya kita sedang
melakukan dosa.
Berbagai
upaya syaithon melakukan tipu dayanya kepada manusia, untuk menemaninya di
neraka nanti. Maka banyaklah beristighfar, memohon ampunan Alloh SWT.
Rosululloh pernah bersabda, bahwa kalimat istighfar adalah kalimat yang paling
ditakuti oleh syaithon la’natulloh ‘alaih. Begitu halusnya syaithon
menggoda kita, sehingga kita bisa terpedaya.
Sehingga
syaithon menutupi hal yang paling halus dalam diri kita. Yang darinya bisa
dimintakan fatwa oleh diri kita sendiri, dan darinya selalu datang suatu
kebenaran dan kejujuran. Tiada lain itu adalah nurani. Bila
nurani itu sudah tertutupi oleh dosa-dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan,
maka renungkanlah Sabda beliau Rosululloh SAW :
“Sesungguhnya
dosa-dosa itu, apabila terus menerus menimpa hati maka ia akan menutupinya. Dan
bila hati telah tertutup, akan datang kunci dan cap dari Alloh SWT. Bila sudah
demikian, tak ada lagi baginya jalan; tidak ada jalan keimanan untuk masuk ke
dalamnya, dan tidak juga jalan kekafiran untuk keluar darinya”
dan bila sudah deimikian, apakah nurani itu bisa kita mintakan fatwa lagi?
[Na’udzubillahi min dzalik].
Semoga Alloh selalu menetapkan Hidayah-Nya selalu istiqomah di hati kita,
sampai akhir hayat kita diwafatkan dengan husnul khotimah.Amiin.
Mari
sejenak kita renungkan perkataan dari Ibnul Jauzi dalam –Shaidul Khathir–:
“Hukuman terberat atas suatu dosa adalah perasaan tidak berdosa”.
Sungguh nelangsa dan celakalah kita apabila hukuman itu menimpa. Maka seperti dikatakan Ust. Salim A.Fillah diatas; “Merasa tak berdosa adalah kain kafan yang menyelimuti hati ketika ia mati”. Bila kita sudah merasakan tak berdosa dengan dosa-dosa yang kita lakukan maka matilah hati kita. Bila sudah mati, apakah bisa ber-fatwa?? –tentunya anda bisa menjawab sendiri–
Sungguh nelangsa dan celakalah kita apabila hukuman itu menimpa. Maka seperti dikatakan Ust. Salim A.Fillah diatas; “Merasa tak berdosa adalah kain kafan yang menyelimuti hati ketika ia mati”. Bila kita sudah merasakan tak berdosa dengan dosa-dosa yang kita lakukan maka matilah hati kita. Bila sudah mati, apakah bisa ber-fatwa?? –tentunya anda bisa menjawab sendiri–
Hasan Az Zayyat, Rohimahulloh
berkata:
”Yang
paling aku takutkan ialah keakraban hati
dengan kemungkaran dan dosa
dengan kemungkaran dan dosa
Jika suatu
kedurhakaan berulangkali dikerjakan
maka jiwa
menjadi akrab dengannya
hingga ia
tak lagi peka, mati rasa...”
Ya
Alloh, hidupkanlah hati nurani ini dengan cahaya iman kepadamu. Jangan cabut
hidayah-Mu terhadapku, keluargaku dan orang-orang Mu’min lainnya yang bersungguh-sungguh membela agama-Mu.Amiin..